Belajar Setia Dari Seekor Anjing

19:35:00 Unknown 2 Comments




Hachiko, itu judul film yang direkomendasikan oleh teman baruku, partner dalam pembuatan film pendek KAP, Ujang Salahudin. Di dalam mushola itu, aku sama sekali tak memiliki hasrat untuk menonton film yang katanya the one and only movie which can makes he cry out. Tapi film sudah terlanjur terdownload dan membusuk dalam folder
‘realplayer download’ selama beberapa hari tak terjamah. Yea finally, hari ini film itu menghipnotisku hingga menangis tersedak, dada rasanya sakit walau mungkin banyak orang mencemo’oh ‘lebay’.

Terkisah seekor anjing yang dikirim oleh seorang penghuni kuil di Jepang, namun dalam perjalanannnya, kandang anjing itu jatuh dan pintunya terlepas. Anjing kecil berbulu halus itu keluar dari kandangnya dan berlari kecil tanpa arah, bingung dengan keadaan ramai dan tertendang kaki-kaki sibuk yang tak peduli. Namun tiba ketika sepasang kaki bersepatu hitam menghampirinya, mengelusnya dan akhirnya membawanya pulang. Orang baik itu adalah seorang professor yang tinggal di rumah besama anak dan istrinya. Keharmonisan keluarga sempat terpecah karena istrinya yang tidak setuju dengan keberadaan anjing kecil itu. Pak professor berusaha untuk menyebarkan pamphlet dengan tulisan “Puppy Found” berharap ada pemilik dari anjing kecil itu membawanya pulang. Hari berganti, setiap waktu luang yang dimiliki professor selalu dihabiskan bersama Hatchi, begitu huruf jepang  yang tertera dalam kalung yang dipakai anjing kecil itu. Berlari bersama, mengajarkan menangkap bola, hingga sekedar bermain-main ringan, sepertinya pak professor sudah terlanjur menyayangi Hatchi. Keakraban Hatchi dan Profesor pun disadari istrinya, sehingga ketika mendapat telepon dari pemilik hatchi pun, sang istri berbohong dengan mengatakan bahwa Hatchi sudah mati.

Sang professor dan anjingnya semakin terlihat akrab di mata masyarakat sekitar. Semua orang melihat keharmonisan antara tuan dan anjingnya. Penjual kopi di depan stasiun, pekerja kereta api, hingga semua penumpang keret api.  Setiap professor pergi bekerja, Hatchi mengantarnya dengan penuh semangat, walaupun awalnya Hatchi dipaksa untuk tetap diam di rumah. Dan setiap professor pulang bekerja, tepatnya jam 5 sore, Hatchi dengan setia menantinya di sepan pintu stasiun.  Selalu.. Hatchi melakukannya berulang di jam yang sama…setiap hari. Tak ada yang tak kagum dengan fenomena ini. Hatchi, si anjing misterius yang entah dari mana datangnya, namun amat sangat setia kepada tuannya.
Namun tiba-tiba, momen yang menguras air mata pun tiba. Si Professor meninggal tiba-tiba saat mengajar puluhan mahasiswanya. Sementara di depan pintu stasiun sana Hatci sedang menunggu kepulangan sang professor. Dengan mata lugunya, Hatchi tetap menunggu Profesor keluar dari pintu statisun, berharap Hatchi bisa memperlihatkan lagi keahliannya menangkap bola seperti tadi pagi saat dia mengantarkan sang professor. Tapi Professor memang tak kunjung datang. Hatchi menunggu hingga larut malam, tetap menunggu walaupun tempat semakin sepi dan gulita. Hingga anak dari sang professor menjemput, Hatchi baru meninggalkan tempatnya biasa menunggu. Sang professor dimakamkan, semua menangis, aku pun menangis, tapi Hatchi…jika seorang manusia, mungkin dia tak akan bisa menerima kenyataan ini.

Untuk melupakan segala kenangan yang membuat hati tersayat karena mengingat sang professor, semua penghuni rumah pindah, termasuk Hatchi. Berpuluh-puluh kilometer ditempuh untuk menjauhi rumah lama. Hatchi terkekang dengan segenap sepi dan rindu akan kedatangan tuannya. Akhirnya dia melarikan diri, menyusuri rel kereta api, menahan dingin, lapar dan gelap…menuju tempat ia menunggu sang professor, di depan pintu stasiun. Ya..sampai kapanpun ia menunggu, professor tak mungkin datang memeluknya lagi. Hatchi melakukan penantian ini setiap jam 5 sore, dia lakukan selama bertahun-tahun… entah berapa musim telai ia lewati demi kesetiaannya ini. Ia tak pernah terlihat letih apalagi bosan menanti tuannya pulang. Hingga akhirnya orang yang ditunggu Hachi menemuinya, datang memeluk dan menjemputnya. Hatchi berlari ke arahnya dengan penuh kerinduan. Itulah saat di mana Hatchi mati kedinginan di tempat penantiaannya, di depan pintu stasiun.

Logikanya, anjing saja setia pada tuannya, seharusnya kita sebagai manusia yang juga dikaruniai perasaan dan kasih sayang mengaplikasikan kesetiaan itu terhadap setiap makhluk, terutama pasangannya. Pelajaran yang sangat berharga dari film ini adalah bagaimana kesetian itu harus selalu dijaga dalam setiap hubungan. Tak peduli berapa lamanya waktu yang dilewati, tak peduli berapa musim yang sudah berganti, dan tak peduli berapa banyak orang yang menggoyahlan kesetiaan itu, kita harus tetap bertahan, menjaga kepercayaan.
Berkaca pada pengalaman. Sungguh sangat sulit menemukan pasangan yang bisa menjaga kesetiaan dalam hubungan.  Dengan Patokan diri sendiri yang setia pada pasangan, seharusnya bisa mendapatkan feedback yang sama, kesetiaan yang kadarnya pun sama seperti yang kita berikan. Namun sepertinya belum berlaku untuk hari ini, hingga tulisan ini di posting. Ada banyak factor yang bisa menggoyahkan kesetian. Cemburu, kurangnya rasa percaya, kecurigaan yang berlebihan, dan ketika kita terlalu udah untuk jatuh cinta. Namun aku yakin, di sana ada kesetiaan seperti yang Hachi persembahkan untuk tuannya. Kesetiaan yang terputus 
hanya oleh ajal.

Kesetiaan itu indah….

You Might Also Like

2 comments:

  1. jadi keinget patung hachiko di jepang, sayangnya udah ga asli lagi gara2 PD 2

    ReplyDelete