belitung,

Belitong - Backpackeran Setelah Menikah

09:53:00 Unknown 5 Comments

Belitong 
Negeri Laksar Pelangi, Negerinya Para Backpacker


Jumat, 28 Januari 2016

3.45 dini hari dua alarm bersahutan, dan cukup 15 menit saja kami mandi – kemudian siap-siap
menuju taxi yang sudah siap menunggu. 1 jam perjalanan menuju Bandara Soekarno Hatta kita gunakan untuk melanjutkan tidur. Kami tepat waktu, saat itu ternyata banyak sekali orang yang pergi ke Belitong, antrian check in pukul 5.30 cukup panjang ya untuk sekelas perjalanan jumat pagi (berati pada bolos juga nih orang-orang).

6.00 Citilink menepati janjinya untuk terbang. For your information, kita dapet tiket ini promo ko, pulang pergi dapet diskon. Begitupun hotelnya, diskon parah. Jadi kita memang berhoneymoon hemat pemirsah.

07.00 tibalah kita di Bandara Tanjung Pandan atau H. AS Hanandjoeddin  (read: Hananyudin). Bandaranya kecil, dan toiletnya agak kurang terawat. Tapi semua terbayar dengan keindahan alamnya, turun dari pesawat saja kita bisa langsung melihat alam terbuka yang hijau-bisa langsung selfie-selfie, mirip-mirip bandara Abdul Rachman Saleh di Malang.  Keluar dari Bandara, tantangan pertama DIMULAI. Setelah sebelumnya baca-baca info tentang angkutan di Bandara Tanjung Pandan, saya mendapat dua versi angkutan optional :
(1) langsung menerima tawaran bapak-bapak yang menawarkan jasa taxi – bentuknya seperti mobil pribadi biasa, dengan harga semau supir, atau
(2) jalan kaki dulu sekitar 1 km keluar area bandara, dan nunggu angkot ke pusat kota Tanjung Pandan.
Awalnya kita sok nolak tawaran supir-supir taxi avanza itu, tapi realisasinya saat melihat lapangan langsung, sepertinya area luar bandara sangat jauh (trauma adegan jalan ke Bandara Ngurah Rai) ditambah keadaan kita berdua yang setengah mati menahan lapar. Akhirnya kita memutuskan untuk menggunakan taxi avanza setelah kontak mata dengan seorang Bapak berkulit coklat tua cenderung hitam hehe.
Namanya Pak Andol, dia menawarkan harga Rp.100.000 untuk sampai langsung ke Hotel Pondok Impian 2. Sepanjang jalan kerjaannya promosi mulu, sempat dalam hati juga bilang “ko Bapak ini hobi sekali berbicara ya hehehehe”. Jadi ternyata Pak Andol itu tour guide Belitong, dia biasanya bawa rombongan sampai lima bus wisata. Kebetulan saat itu dia free katanya, jadi kalau mau keliling Belitong sampai malam bisa langsung deal dengan harga 500.000 sekian lah. Agak shock sih, tapi keteguhan hati untuk merealisasikan itinerary sendiri lebih kuat dari batu karang. Alhasil, Pak Andol hanya berhasil merayu kami untuk sarapan Mie Belitong di warung Mak Jana dan memamerkan kemampuan Fotograpy nya di Danau Biru (Kaolin). 


Danau Kaolin

Mak Jana
Tapi rekomendasi Mie Belitong Pak Andol memang mantap deh. Awalnya ragu karena rekomendasi dari blog lain katanya yang paling terkenal itu Mie Atep. Tapi ternyata Mie nya Mak Jana ini muantaap sangat lah, baru ngerasain Mie seenak itu. Ada juga makanan mirip-mirip lontong sayur gitu namanya Soto Belitong, gorengan daging kepiting asli dan es jeruk kunci pastinya. Dan criiiing, bayarnya juga ga mahal. Untuk lokasi, pokonya patokannya Bunderan Batu Satam, ada di google map yah “Kedai Mak Jana”, cek aja.

Mie Belitong 

08.00 Tiba di Hotel Pondok Impian 2. Hotel ini berdampingan dengan Hotel Pondok Impian I, perbedaan terletak dari harga dan konsepnya ternyata. Hotel Pondok Impian 2 ternyata sedikit lebih mahal karena berkonsep Vila / Cottage gitu. Di belakang hotel langsung bisa melihat view Pantai Tanjung Pendam, ah berasa milik berdua. 

Hotel Pondok Impian 2

09.00 kami menyewa motor matic dari hotel dan berasa mengejar target- dengan hanya bermodal google map, kita langsung menuju Rumah adat Belitong. Berwisata ke tempat ini gratis ya, tapi sebelum datang,  dicek dulu ya jadwal bukanya. Berikut sejarah rumah adat Belitong:


10.00 kami menuju Museum Tanjung Pandan. Hanya dengan membayar Rp. 3000 kita bisa dengan puas mengenali Belitong tempo dulu melalui peninggalan-peninggalan yang didisplay. Uniknya, masih di area yang sama, tepat di belakang museum terdapat kebun binatang. Sedikit mengeluarkan uang, tapi banyak mendapatkan ilmu. Itu !
Oya, di sini yang jaga suka banget cerita dari A-Z hihi

Diorama Belitong Tempo Dulu - Lokasi Pengerukan Timah



Ikan Galak

Buaya

12.00- 14.00 kami kembali ke hotel karena suami mau solat jumat dan sekalian istirahat. Kemudian perjalanan kami lanjutkan ke Pantai Tanjung Tinggi, atau dikenal dengan Pantai Laskar Pelangi. Dari Hotel ke Pantai Tanjung Tinggi itu...hmmm ya 29 menit sih bener, kalo di Jakarta kan kaya dari Mampang ke Monas naik busway, deket lah. Tapi ini Belitong bro, ga ada macet dan jalannya lurus mulus tanpa hambatan. Kanan kiri pepohonan hijau, enak kalau pagi, kalo udah sore apalagi malem ya serem juga. Namun semua terbayar dengan keindahan bebatuan Tanjung Tinggi yang besarnya bisa mencapai ukuran gedung perkantoran. Oya, jangan lupa untuk mencicipi ikan bakar di sana, segar dan benar-benar nikmat.






Pantai "Kita"
Karena kita tak tahu nama pantainya, pantai ini kita namakan pantai “kita”, lokasinya tak jauh dari Tanjung Tinggi, ada ayunannya, dan hanya kita berdua yang ada di sana.

17.00 udah paling aman deh buat pulang ke Hotel

18.00 menikmati sunset di pantai belakang hotel,alhamdulillah

19.30 makan di warung depan hotel, kita makan ikan gangan yang super pedeesss


Sabtu, 29 Januari 2016
08.00 pagi kami sudah siap menghadapi berbagai kemungkinan di perjalanan menuju Gantong. Secara, perjalanan kemarin ke Pantai Tanjung Tinggi yang menghabiskan 30 menit saja cukup membuat isi perut angin semua, nah apalagi sekarang yang katanya 1,5 jam dengan jarak tempuh hampir 74 Km, waaw itu kaya dari Karawang Bandung naik motor. Yah liat aja deh petanya, it crosses the island. Tapi tenang, perjalananya menyenangkan ko, yang ga asik cuman anginnya aja. Pemandangannya subhanallah, jalan mulus rata kaya muka raisa, ga macet dan aman.

Jalanan di Belitong hampir begini semua
Jadi yang perlu di persiapkan adalah stamina, jaket tebal, sunblock, kaos kaki, kaos tangan dan tolak angin. Ingat, angin di sana kencang dan dingin, ga bakal terasa kalau sebenarnya kita terpanggang matahari selama berjam-jam di motor. Nanti pokoknya tau-tau angus...

Contoh keasikan momotoran, nyaho-nyaho wereng weh

08.10 Kami mengisi perut di Rumah Makan Bubur Belitong, rasanyaaaaaa mantaaap. Jujur, saya bukan penikmat bubur. Tapi bubur Belitong ini mampu membuat saya ingin kembali lagi. Buburnya memang biasa, tapi campuran kuah sotonya khas banget. Mau lagii :(

Bubur Belitong
Perjalanan berlanjut. Jika berangkat pagi, di kanan kiri jalan akan banyak ditemukan hewan-hewan yang sedang berjemur- ada anjing, kucing, bahkan ayam. Perjalanan menuju Gantung dari Tanjung Pandan akan sulit menemukan pom bensin, yang ada hanya warung-warung penjual bensin eceran.

09.30 kami sudah mendekati daerah Gantong, jika melihat peta-yang keluar adalah keterangan bahwa kita sedang di Jalan Laskar Pelangi. Mulailah kami menyalakan playlist lagu-lagu Laskar Pelangi. “Mimpi...adalah kunci...untuk kita menaklukan dunia.....” subhanallah , rasanya seperti masuk ke dalam cerita Laskar Pelangi, tiba-tiba suami merasa menjadi si Ikal, dan saya menjadi Bu Guru Muslimah (tua ye). Kami benar-benar larut dalam perjalanan ini, kami larut dalam senyuman penduduk desa di pinggir jalan.
Jembatan Laskar Pelangi, Gantong
Sd Muhamadiyah yang kita kunjungi ini adalah replikanya-alias yang digunakan dalam pembuatan film Laskar pelangi, karena yang asli masih beroperasi layaknya sekolah-sekolah di Indonesia.
Replika SD Muhamadyah Gantong



Ruang Kelas SD Muhamadyah

10.15 kami bergegas menuju Museum Kata Andrea Hirata, jarak tempuhnya hanya lima menit dari Replika SD Muhammadyah.








Rumah Andrea Hirata katanya sih ada di seberang jalan – jeda tiga rumah dari masjid. Di Museum ini, yang dipajang tentulah berbagai jenis bacaan. Bacaan tentang kenapa Andrea Hirata menulis Laksar Pelangi, bacaan tentang perjalanannya setelah menjadi penulis, dan bagaimana ia mendedikasikan waktunya untuk Belitong lewat Laskar Pelangi. Salut dengan inspirasi yang beliau tebar, "Pulang dan membangun Belitong", khususnya di sektor wisata. Tentu tanpa Laskar Pelangi (Sekalipun keindahan alamnya sangat menarik hati) Belitong rasanya hambar-hambar saja. Dengan adanya Laskar Pelangi, kami yang benar-benar terinspirasi dari bukunya tentu ingin langsung menapaki jejak-jejak tokoh dalam buku. Yang mau beli oleh-olehpun bisa membeli di sini, ya walaupun harganya agak kurang sopan buat dompet ya, tapi kualitasnya sangat bagus, bahan katun asli dan awet insha Allah (kalau gak dibakar).

11.30 perut kembali bergoyang, kami menuju Manggar si Kota Seribu Satu Warung Kopi. Entah kita yang kurang explore apa gimana (karena panas), tapi sejauh pandangan mata ya ga banyak-banyak amat juga warung kopinya. Kata suami yang orang Aceh sih lebih banyak warung kopi di Aceh (masih belum percaya, karena belum diajak ke Aceh). Tapi karena penasaran, kami pun mencoba untuk meneguk Kopi Manggar. Rasanyaa, ya rasa kopi ya pemirsa. (maaf ilmu tentang kopinya kurang).
Kopi Manggar


12.30 mental sudah dimantapkan, siap menuju Tanjung Pandan, siap membelah Belitong.

14.10 kita lanjut membeli oleh-oleh di sekitaran hotel. Oleh-oleh banyaknya di sepanjang Jl. Sriwijaya, juga beberapa di Jl. Patimura. yang khas di sana diantaranya: olahan ikan, kerupuk, belacan, ketam isi, batu satam, kerajinan kerang, kaos-kaos, lad, dan terasi khas Belitong.
Istirahat...
Bobo...
Mager....

17.30 kita hanya mampu bergerak ke Pantai Tanjung Pendam, yang jaraknya seiprit dari hotel, 9 menit saja.



Sayang sunset di Tanjung Pendam tertutup awan

Pantai Tanjung Pendam ini seperti kawasan wisata, di dalam kawasan tersebut ada pantai, taman bermain anak-anak, tenda-tenda kios makanan, sampai perahu-perahu nelayan. Di Pantai Tanjung Pendam ini lah the best sunset view in Belitong (Kalo ga mendung).


18.00 kita makan di cafe anak gaulnya Belitong, Gorong-Gorong namanya. Tempatnya seberang pintu keluar Tanjung Pendam. Cafenya terbuka, hanya memakai tenda di setiap mejanya, makanannya pun enak dan cepat saji, ditambah live music akustik dari band yang tampil. Walaupun konsepnya di luar dari Budaya Belitong yang kita cari, tapi so far makannya mantap.

Cafe Gorong-Gorong

Ikan asinnya juaraa



Minggu, 31 Januari 2016
Pagi  hari kita gunakan untuk menikmati kamar, dan menikmati keindahan hotel.

09.00 makan Mie Belitong Mak Jana lagi dan coba meangbadikan replika si Batu Satam yang bertengger di bunderan. Batu satam hanya ada di Indonesia, ketika meteor jatuh ke tanah Belitong, kandungan timmah di tanah Belitong bereaksi dengan meteor tersebut, jadilah Batu Satam. Kalau jual serpihan, untuk perhiasan, harganya terjangkau loh kalau di Belitong, karena langsung di sumber si batu ditemukan.

Bundaran Batu Satam


09.30 menuju danau biru (kaolin) untuk kedua kalinya. Penasaran aja, sebenarnya bisa masuk dan pegang airnya apa ngga. Karena bersumber dari instagram, orang-orang bisa berfoto di dalam kawasan yang berair di danau tersebut. Sementara saat kita ke sana, ada papan larangan juga yang tidak memperbolehkan pengunjung turun, untuk mengantisipasi kejadian longsor. Wah berarti yang foto di instagram sampai turun ke kawasan danau itu alay-alay bandel tuh, karena merujuk pada postingannya-masih di bulan dan tahun yang sama.
Danau Kaolin
14.00 menuju Pantai Tanjung Kelayang, niat sepenuh hati untuk menyebrang ke Pulau Lengkuas. Tapi saat tiba di sana, kami kesorean dan kelaparan. Alhasil kami hanya makan dan mandi ala-ala penganten romantis gitu di pantai. Air di Tanjung Kelayang lebih jernih daripada air Tanjung Tinggi. Pasirnya pun entah bereaksi dengan apa, lembut dan putih bersih. Kita pun pulang sebelum matahari terbenam.






Note: Kalau mau ke pantai, bawa baju renang. In case planningnya gagal untuk ga berenang, setidaknya ga beli baju di pinggir pantai, karena MUAHAL. Oya, yang mau menyebrang ke Lengkuas, lebih baik langsung menghubungi yang punya kapal-jangan kecalo (biasanya suka hinggap di tempat parkir), costnya 400-500rb / kapal, jadi baiknya kalau bulan madu kaya kita-cari temen dulu buat nyebrang bareng biar harga lebih ringan.

19.00 menuju Rumah Makan Belitong Timpo Dulu. Lokasinya tepat berada di Jalan Lettu Mad Daud, Tanjung Pandan. Ternyata rumah makan ini sudah diresmikan sebagai warisan budaya  Belitong. Tak hanya bentuk rumahnya yang khas Melayu, interiornya pun lengkap seperti Belitong Tempo dulu. Makanan nya sangat terjangkau, dan pastinya khas Belitong, pesanlah sesuka hati.


uknowmj.blogspot.com

Senin, 1 Februari 2016
05.30 berakhir sudah keberadaan kami di Belitong. Satu-satunya taxi berago di Belitong sudah siap mengantarkan kami ke Bandara Tanjung Pandan, criiing costnya hanya Rp. 90.000.


Oh alam Belitong, terimakasih telah meredam segala kepenatan hati yang kami bawa dari Jakarta. Terimakasih atas pantai-pantaimu, Laskar Pelangimu, keramahan pendudukmu, makananmu. Sungguh sangat berkesan menghias hari-hari kami sebagai pengantin yang baru saja menginjak 10 hari saat itu. Semoga kami bisa kembali lagi.
Salam, Indah & Levi




Hal-hal yang unik di Belitong (based on our experience)
1.       Tidak sekalipun menemukan pengemis atau pengamen
2.       Orang-orangnya ramah dan suka bercerita
3.       Saking ramahnya, kalau diklakson biasanya senyum
4.       Cepat dalam menyajikan makanan
5.       Hampir semua jalannya mulus dan rata


Kontak:
1.       Taxi argo Belitung: 087896478835 / 082283015555



   

You Might Also Like

5 comments:

  1. diklakson malah senyum,

    ntap!

    ReplyDelete
  2. aslina :D masalahnya ga cuman sekali nemunya cup, berkali kali diklakson ke org yang berbeda juga ttep senyum :D

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. Iriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

      Delete
  4. Asslm.Indah Riadiani Masih Kenalkah Sama Om Andol Belitung
    Sewa Mobil Andol Belitung ( http://www.sewamobilandolbelitung.com/ )

    ReplyDelete