Mekkah - Madinah

Pengalaman Umroh (1)

09:38:00 Unknown 3 Comments

Labaik allahumma labaik. Labbaika la syarika laka, labbaika innal hamdalak, waa ni’mata wa mulka laka…


Pertama dikumandangkan dengan alunan nada yang syahdu, meresap di kalbu sampai mengharu biru. Tak pernah terbayangkan sebelumnya bisa berangkat menginjakkan kaki ke tanah perjuangan Nabi tercinta Muhammad SAW, Mekkah dan Madinah.
Dengan segala perjuangan sebelum keberangkatan, mulai dari membuat passport, manasik umroh di Pengasinan Depok, ambil koper di Rawamangun sama Nay dan pertemuan-pertemuan lainnya yang sediki
t rempong, alhamdulillah saya berangkat umroh di tanggal 6 April 2015, hari Senin tepatnya. 

Dini hari, tepat jam 1 pagi saya sudah bangun dan bersiap menggunakan pakaian ihram,. Jam 2 pagi, saya mendapatkan SMS dari Blue Bird bahwa taxi sudah dikirim ke alamat saya. Segera saya bangunkan Caca (Sahabat, sekaligus yang punya kosan tempat saya numpang bobo). Suara gelindingan koper masih belum bisa buat mata saya melek seutuhnya, sampai pelukan Caca yang melepas kepergian pun masih membuat saya merasa ga nyangka… MAU KE ARAB LOH INI.
Ketika jamaah lain dilepas keluarga dan diantar sampai bawa pasukan 7 mobil di Pondok Cabe, saya cuman diantar supir taxi blue bird. Memang saya yang meminta untuk tidak diantar, karena keluarga berdomisili di Subang, yang artinya akan bikin susah mereka kalau minta diantar ke bandara cuman buat dadah-dadah. Selesai pengajian di masjid Universitas Terbuka Pondok Cabe, kami pergi menggunakan bis ke Bandara Soekarno Hatta pada jam 6 Pagi. Saat itu yang saya kenal hanya Pak Dimyati, kakek tua 86 tahun yang juga berangkat sendiri, yang lain cuman sekadar senyum- sapa- salam aja karena  hampir semua ga mau kepisah sama keluarganya.

Di Bandara
Well, ternyata Pa Dimyati belum pernah ke bandara sebelumnya, jadi selama di bandara ya saya terus-terusan bareng dia. Agak khawatir juga kalau terpisah, karena ternyata banyak sekali jamaah dari kelompok bahkan travel lain yang membaur di situ. Di Blue Sky Lounge (kalo bu Saidah Hanum bilangnya blu ski longch hahaha) pas ambil makanan, saya ngerasain pertama kali mikir, berarti nanti di sana pun begini. Saya ambil dua piring sekaligus, satu untuk Pa Dimyati, satu untuk saya. Di sana juga lah pertama kalinya saya diprotes Pa Dimyati, karena porsi yang saya ambil kebanyakan. Di dalam pesawat, ternyata kami terpisah seat, dan agak sedikit a lot kalau harus tukar seat dengan pasangan di samping Pa Dimyati. Akhirnya saya duduk di samping Noura Linda (anak UIN Semester akhir)  dan Bu Neneng (Tour Leader Bis 3) selama 9 jam 40 menit dari Soekarno Hatta ke King Abdul Aziz. Selama itu mati gaya banget ya, ngobrol seperlunya, ke kamar mandi juga ga asik, nengokin Pa Dimyati kalo lebih dari 2 kali kayanya keseringan, jadi ya udah deh bobo lagi bobo lagi.
Oke, sekilas tentang Pa Dimyati, kakek yang berasal dari Bogor ini adalah seorang guru ngaji anak-anak dan Ibu-Ibu. Beliau diberangkatkan umroh oleh Bu Frieda, yang sama sekali belum pernah bertemu dengan Pa Dimyati sebelumnya. Pa Dimyati yang berangkat sendiri ini diantar oleh keluarga dan sahabat-sahabatnya (yang tadi saya bilang 7 mobil) dan hampir semua ngomong sama saya untuk jagain Pa Dimyati, titip dia, jangan tinggalin dia sendiri. Ya karena saya cari pahala, itung-itung jagain kakek saya juga, jadi saya sanggupi.

Daan, tibalah di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, bandara luar negeri pertama yang saya singgahi, hehee katro ya?! . Saat di bagian imigrasi, mumpung lagi ngantri saya cari wifi, and Gotcha !! I got it. Guess who I called ? LELE !! kita Face time-an. Padahal berangkat lagi marahan, karena dia ingkar janji, katanya mau nemenin selama di Taxi, minimal ngobrol di telpon (karena dia lagi di Aceh), tapi manaaaaa? Ah pokonya Cinderela kecewa.

King Abdul Aziz Airport


Sampai di bis 2 tercinta, rasanya pengen lanjutin tidur, tapi ternyata harus rajin bertalbiyah, jadinya bertalbiyah dengan mata sedikit teler. Saat itu perkenalan dengan Mutawif, mutawif kita namanya Basri, orang Madura. Jadi dialah yang akan selalu memandu kita selama perjalanan Umroh 8 hari ini. Dan di bis ini pula saya merasakan makan di Arab Saudi, dengan nasi kotak bercover Mr. Sate.
Ternyata mata ga bisa ditahan, saat sadar saya sudah di depan hotel, “Mira Mall” namanya, jaraknya hanya 100 meter dari Masjidil Haram. Di restoran kami langsung berkumpul untuk pembagian kunci kamar, dan ga kaget saat tau saya satu kamar sama Pa Dimyati. Entah siapa yang mengatur ini semua, tapi ini gabisa, karena walaupun terlihat seperti cucu dan kakek, kami tak bisa sekamar, karena kami bukan muhrim. Setelah melaporkan kepada Pak Alwi, Tour Leader bis 2 tercinta, saya diperintahkan untuk mengikuti dulu apapun yang telah diatur. Saya ikut saja, memasukan koper dan barang-barang ke kamar Pa Dimyati. Tanpa sempat menikmati kasur, kami langsung ambil wudhu dan pergi bersama-sama ke Masjidil Haram, saat itu sekitar jam 12 malam waktu Mekkah, berati di Indonesia jam 4 Pagi (lebih  cepat 4 jam dari Indonesia).

Hotel di Mekkah

Masjidil Haram, walaupun dilihat dalam keadaan lelah dan ngantuk, tetap bikin saya amazed, tak henti-henti hati ini mengucap tasbih dan syukur. Ya, banyak sekali orang di sana, tak ada kata sepi, meskipun itu tengah malam atau dini hari, selalu banyak tamu Allah yang mengisi nya. Pintu yang kami masuki saat itu adalah pintu no 89, yang dekat dengan clock tower, setidaknya itu yang selalu saya ingat. Di pelataran masjid, agak sedikit resah juga karena ga bawa kresek buat masukin sandal, masa ditenteng-tenteng ke dalam masjid, kita kan mau umroh. Hey, bagaikan Siti Hajar yang nemuin air zam-zam, saya juga seneng banget pas nemu kresek gratis yang udah disiapin di depan pintu masjid, hehe.

Umroh pertama dimulai, dengan mengikuti rombongan yang banyak, kami melewati rukun umroh satu persatu. For your information ya, Pa Dimyati tuh ga pernah lepas pegangin kerudung saya, hahahha.

Tawaf… subahanallah pas bilang “bismillahi Allahu Akbar” sambil mengangkat tangan dan menghadap ka’bah pertama kali, itu harunya luar biasa, air mata ga berenti ngalir, ya Allah…aku rinduuu, betapa kecilnya kami ya Allah. Tawaf 7 putaran terasa sangat singkat, walaupun berdesak-desakan dengan orang-orang yang badannya lebih besar. Berlanjutlan rukun umroh berikutnya, yaitu sa’I atau berlari lari kecil di antara bukit safa dan marwah. Let me tell you, rombongan yang asalnya ada sekitar 20 orang, saat sa’I terakhir, yang tersisa bersama Pa Alwi hanyalah saya, Pa Dimyati, Bu Asminarsih, Najip, dan mamanya Najip. Kan lucu, antara Pa Alwi yang kecepetan jalannya, atau jama’ah yang belok ikut kelompok lain, entahlah, yang jelas saya senang bisa bantu Pa Dimyati dan juga Mamanya Najip menyelesaikan sa’I di umroh pertama ini. Saat semuanya bergerak menuju hotel, saya minta izin Pa Alwi untuk berkeliling Masjidil Haram sendirian, dan minta Pa Dimyati dijagain dulu. Lucu, setiap minta izin untuk keliling sendiri, Pa Alwi selalu bilang “yawis, kamu ga akan ilang, kalo ilang juga pasti ada yang nganterin, kalo aki-aki ini yang ilang baru tuh susah dicariinya, ga bakal ada yang nganterin” hahahah

Sa'i

Sa'i

My me time di masjidil haram, memandangi kabah, bersujud sepuasnya, menikmati khidmatnya masjid ini, menikmati bangunannya yang cantik, dan ambil sedikit foto untuk Subang yang sedang berulang tahun. 


Saat akan pulang, dengan modal nekat, walaupun agak sedikit bingung keluarnya ke mana, bismillah saya hanya yakin bisa pulang, tepat di depan menuju pintu antara 87 dan 88, ada yang panggil saya “sendirian aja mba” ternyata mamanya Najip, akhirnya kita keluar dari Masjidil Haram bersama, di pelataran, adzan pun berkumandang, kami pun shalat di pelataran. 
Pelataran Masjidil Haram

Pulang ke hotel, dengan agak berat hati menuju kamar, di depan lift saya bertemu Nenek Maryam dan menceritakan saya sekamar dengan siapa. Tak diduga nek Maryam bilang “sama gue aja, di kamar cuman bertiga ko, kasurnya ada 4” alhamdulilah, kemudian Pa Basri pun memberikan pemahaman kepada Pa Dimyati bahwa saya ga boleh sekamar dengan beliau, Alhamdulillah Pa Dimyati Pun menurut. Saya pun tidur sekamar dengan Bu Maryam, Bu Emiyati dan Bu Sri.

Bu Maryam, Bu Emiyati dan Bu Sri

Pak Alwi dan Pak Dimyati



You Might Also Like

3 comments:

  1. Makasi sis, artikel ini sangat membantu sekali terutama bagi jamaah yang baru pertama kali ingin umroh, apalagi ditambah dengan pengalaman uniknya..semoga menjadi haji yang mabrur

    ReplyDelete
  2. artikelnya bermanfaat banget kak, semoga yang ingin kesana segera bisa menunaikan ibdah umroh saat liburan nanti

    ReplyDelete
  3. Semoga kita semua diberikan kemudahan, kelancaran rezeki, dan umur yang panjang untuk bisa pergi ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah Umroh/Haji

    paket umroh ramadhan
    paket umroh akhir ramadhan
    paket umroh syawal
    paket haji plus
    paket umroh oktober

    ReplyDelete