Subang

Mata Air (Kini), Air Mata (Kemudian)

21:43:00 Unknown 17 Comments

Cipondok - Subang

Air adalah kebutuhan mutlak makhluk hidup. Tak ada air, maka tak ada kehidupan. Air yang terlihat melimpah ruah dan mudah didapatkan di mana saja ternyata berbanding terbalik dengan ketersediaan air bersih. Air bersih semakin sulit didapatkan, jika dulu beberapa negara berperang memperebutkan wilayah, maka suatu saat nanti mungkin yang diperebutkan adalah sumber air bersih. Jangan merasa senang dengan tercukupinya kebutuhan
Petani Subang bergelimpangan air
Sumber mata air di Desa Darmaga - Subang
Secara teknis, penyediaan air bersih di Subang dibagi menjadi tiga kelompok, yakni sumber mata air, sumber air tanah dan sumber air permukaan. Sumber mata air sendiri  totalnya berjumlah puluhan dan tersebar di tiga lokasi, yakni Cipondok, Cileuleuy dan Jalan Cagak. 
Tenda yang didirikan di sekitar Curug Cijalu
Jernihnya air Cipondok
Pak Sarwa di Depan Warungnya
Setiap sumber mata air yang digunakan oleh perusahaan, dilindungi dengan bangunan seperti rumah kecil
Pipa-pia ini milik PDAM dan Perusahaan air minum kemasan
Sumber dari mata air ditampung di kolam ini
Seorang Ibu mencuci dari aliran air yang ditampung di kolam
Pahlawan pemurni air milik kami :)
Sumber : 
air bersih sekarang kemudian menyia-nyiakannya, karena hanya dalam kurun waktu 5.500 tahun, hutan yang begitu hijau, rawa-rawa yang dihuni buaya dan ketersediaan air yang melimpah ruah berubah menjadi Gurun Sahara, daerah terkering di dunia ini. 

Betapa pentingnya air bersih untuk kelangsungan hidup manusia. Laporan Bank Dunia tahun 2009 menyebutkan bahwa rata-rata 50.000 balita meninggal setiap tahun akibat buruknya akses terhadap air bersih. Jangan sampai mata air kita kini menjadi air mata kita di masa depan.  


Kabupaten Subang
Mungkin heran, mengapa saya pilih Subang sebagai objek dari blog ini. Jawabannya, karena 60 % daerah-daerah di Subang menggunakan kata “Ci” yang artinya air. Cijambe, Cimerta, Cisalak, Cipondok, Cilaja, Ciasem, Ciater dan masih banyak lagi. Bukan tak beralasan, nama – nama itu memang diambil berdasarkan ketersediaan air yang melimpah. 


Subang, kabupaten yang terletak di Pesisir Utara Laut Jawa ini terkenal sebagai penghasil buah nanas dan rambutan yang mampu menembus pasar di kota-kota besar di Indonesia maupun luar negeri. Jika masih samar untuk mengingatnya, maka ingatlah gotong sisingaan, karena budaya gotong singa adalah  identitas utama yang membuat kabupaten ini mendunia.  Jika masih belum terbayang juga Subang itu dimana dan seperti apa, maka ingatlah wisata pemandian air panas Ci Ater, karena Ci Ater adalah tempat wisata paling terkenal di Subang.
Secara geografi, Subang terletak di bagian utara provinsi Jawa Barat, yaitu 107° 31’ - 107° 59’ Bujur Timur dan 6° 11° - 6° 49° Lintang Selatan.  Luas wilayah Kabupaten Subang adalah 205.714,60 Ha atau 4,6 % dari luas keseluruhan Jawa Barat, dengan ketinggian antara 0 – 1500 M dari permukaan laut.  Namun jika dilihat dari segi topografinya, maka  Subang dibagi menjadi tiga zona, yakni daerah pegunungan, daerah berbukit dan daerah dataran rendah. Akibat kondisi geografis Subang, kabupaten ini memiliki iklim yang bervariatif, karena dipengaruhi oleh udara pegunungan dan laut.Subang memiliki kemiringan yang relatif datar yakni 80,80% luas wilayahnya dengan kemiringan 00-170. Beberapa daerah yang masih sering dilanda banjir dan genangan air dapat diatasi dengan percepatan aliran drainase. Sedangkan tempat-tempat yang sering mengalami kekeringan dapat diatasi dengan upaya pencarian sumber-sumber mata air baru beserta jaringan distribusinya. Daerah selatan sangat potensial untuk penemuan sumber mata air baru,sedangkan wilayah utara merupakan daerah pesisir yang memiliki potensi perikanan laut yang besar.

Subang pun memiliki sumber hutan yang cukup luas, setelah dikategorisasikan terdapat dua jenis hutan, yakni hutan negara dan hutan rakyat. Kawasan hutan negara mencapai 30.3153,936 Ha atau sekitar 15 persen dari luas daratan di Kabupaten Subang. Dari luas hutan yang dikuasai negara tersebut terdiri dari hutan produksi seluas 24.209,706 Ha dan hutan lindung seluas 5.944,23 Ha. Hutan-hutan ini lah yang menyebabkan Subang menjadi kaya akan sumber mata air. Karena tujuan dari penyelenggaran hutan ini adalah untuk meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS).



Sumber Mata Air di Subang



Jika dihitung, maka ada ratusan sumber air bersih di daerah ini, mulai dari puluhan curug (air terjun) yang dikenal wisatawan, sumber air panas  Ciater, sumber mata air Cipondok yang dimanfaatkan oleh perusahaan air minum kemasan, hingga sumber mata air samadji yang disebut-sebut warga sekitar sebagai air ajaib karena mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh (air berasal dari tanah yang memendam fosil moluska ribuan taun silam). Saya akan mengulas beberapa sumber air yang (sekarang) melimpah .

1.      Curug (Air Terjun)
Alam Kabupaten Subang memang sudah ditakdirkan memiliki banyak curug yang indah dan alamiah. Gunung yang mengelilinginya seolah tak pernah henti mengalirkan air bersih berlimpah. Mulai dari Curug Cijalu, Curug Agung atau Batu Kapur, Curug Cipalias, Curug Cina, Curug Cigayonggong, Curug Goa Badak, Curug Tujuh, dan curug-curug lain yang kurang terekspos media. 
Saya pernah mengunjungi Curug Cijalu, curug ini adalah hasil bentukan komodifikasi wisata alam. Pengunjung bisa berlibur di sana dengan mendirikan tenda di sekitar curug. Karena dijadikan tempat wisata, na’asnya curug ini menjadi kotor dan bertebaran sampah di mana-mana, padahal aliran air dari curug ini dimanfaatkan warga sekitar untuk irigasi sawah. Belum lagi pohon pinus yang setiap tahunnya berkurang, dengan alasan untuk kebutuhan wisata, pohon-pohon pinus itu ditebang. Menurut data yang saya dapatkan dari petugas wisata curug cijalu tahun 2010, kontinuitas aliran air terjun cijalu tak sederas tahun-tahun sebelumnya, air yang berasal dari sumbernya seolah berkurang seiring dengan berkurangnya jumlah pohon di kawasan ini. Bukankah, seharusnya kita sama-sama menjaga sumber vital ini ? karena kita tak pernah tahu akan seperti apa Curug Cijalu di lima atau sepuluh tahun kemudian.


2.      Mata Air Cipondok



Jika anda membeli air minum kemasan, pasti pernah melihat kemasan yang salah satunya bertuliskan ‘dari mata air Cipondok Subang’. Cipondok memang memiliki beberapa sumber mata air, tiga diantaranya digunakan salah satu perusahaan air minum kemasan, sisanya digunakan PDAM dan masyarakat sekitar. Menurut cerita Bapak Sarwa, wakil ketua RT daerah Cipondok, daerah itu memang sepertinya tak pernah kekurangan air meski musim kemarau sekalipun. Satu rukun warga memiliki satu sumber mata air yang dengan bebas bisa dipergunakan oleh siapapun. 







Namun 1 dari 4 sumber mata air yang tadinya digunakan oleh perusahaan air minum kemasan tersebut telah mati dan tidak dipergunakan lagi. Sumber mata air yang bebas dipergunakan masyarakat sekitar pun alirannya kecil dan tak begitu jernih. Sempat terfikir, apa jadinya sumber mata air yang ada terus dieksploitasi ? satu mata air telah mati, what next ?. jika terus dieksploitasi, extrasi air bawah tanah akan berlebihan, yang dikonsumsi bukan lagi mata air dari permukaan, tapi dari kedalaman tanah yang tak layang minum . Jika seperti itu, lama – kelamaan kualitas air akan memburuk dan rongga dalam tanah akan membesar. Dalam sehari, truk-truk pengangkut air kemasan berbondong-bondong mengangkut ratusan galon berisi air bersih. Satu kilogram botol air kemasan menghabiskan 26.88 Kg air, setara dengan 6.74 kali lipat dari air yang ada dalam botol, kalikan dengan ratusan galon yang diangkut, sebanyak itulah air yang tereksploitasi setiap harinya.  



Sejauh ini, perusahaan air minum yang mengelola sumber mata air Cipondok masih dalam batas yang sudah ditentukan pemerintah. Warga sekitarnya pun diberikan alat khusus untuk memudahkan mengalirkan air dari mata air ke rumah-rumah. warga di sana malah terbuka kepada siapa saja yang ingin mengambil air atau sekedar mandi dan bermain air. Namun warga harus tetap menjaga air baik dari segi kontinuitas, kuantitas dan kualitasnya. Karena ditakutkan air akan mulai tercemar akibat limbah buangan domestik warga sekitar.

3. Mata Air Talaga Sari



Ini yang membuat alis saya bertemu ketika melihat warga sekitar masih menjadikan mata air Talaga sari sebagai satu-satunya sumber air di daerah itu. Terletak di Desa Pulekan, Kelurahan Pagaden Subang, mata air ini adalah salah satu mata air yang juga tak pernah mati. Mata air ini sengaja dibuat seperti kolam agar aliran air langsung tertampung, kemudian dibuat saluran kecil untuk mengalirkan air.  Secara kasat mata, air yang tergenang di kolam terlihat sangat kotor dan penuh lumut, namun warga sekitar menggunakannya untuk minum, mandi dan mencuci. Anehnya, sebanyak apapun air yang diambil dalam kolam mata air tersebut, permukaan kolam tak pernah terlihat surut. Lagi-lagi tentang sanitasi, apalagi air yang digunakan untuk keperluan minum sehari-hari harus terbebas dari segala jenis kuman dan bakteri. Harus dilakukan filterisasi agar bakteri dan kuman mati dan tak menyebabkan penyakit dalam tubuh. Itulah pentingnya menggunakan water purifier, tentu dengan beberapa tahapan pemurnian yang aman dan terpercaya, saya percaya Pure it dan saya menggunakannya.  

Saya dan Jakarta
Subang, dengan ketersediaan air bersihnya yang melimpah bisa jadi seperti Gurun Sahara jika hutan dan sumber airnya terus dieksploitasi. Lalu akan ke mana kita mencari air bersih ? Mungkin dengan melimpahnya air bersih, warga belum tersadar bahwa air begitu berharga. Saya sendiri sudah tinggal di daerah Mampang Prapatan Jakarta Selatan selama dua tahun, hidup berempat belas dengan teman asrama. Permasalahan kami hanya satu, yakni terlalu sering memesan galon yang dirasa sangat menguras dompet. Kami pun mencoba untuk membeli waterpurifier Pure It dan mengisinya dengan air yang berasal dari air tanah, karena kami menggunakan pompa air. Sejauh ini Pure It sangat membantu, sudah enam bulan kami menggunakan Pure It dan mengganti germkill kit untuk kedua kalinya, wajar. Kami benar-benar tersadar bahwa air Jakarta memang sangat kotor, saringan Pure It bekerja sangat berat menyaring segala jenis kotoran air Jakarta yang jahat. Ya, inilah Jakarta, potret nyata daerah langka air bersih. Semua tanah dipondasi, lautan sampah mengotori sungai-sungai, sanitasi tak dianggap penting dan lahan tandus merindukan akar pepohonan yang menyimpan air tanah.

Saya sudah merasakan betapa berharganya air bersih ketika saya kesulitan untuk mendapatkannya. Kita masih merasakan nikmatnya mata air, maka tak seharusnya kita mewariskan air mata pada anak cucu kita. Save Water !



Profil Daerah Kabupaten Subang

Pak Sarwa (Ketua Rt Desa Darmaga)

You Might Also Like

17 comments:

  1. memang butuh refleksi diri mengenai penggunaan sumber daya air. Nice post, dan semoga bikin orang menjadi bijak dalam memanfaatkan air. (y)

    ReplyDelete
  2. terimakasih anonim, semoga semua orang sadar betapa air pun kini menjadi terbatas

    ReplyDelete
  3. kadang kita lupa,trah manusia ga bisa luput dari elemen satu ini. truly the descend of creatures.sudah sepatutnya dijaga...
    Thanks infonya indah :D

    ReplyDelete
  4. enak bner airnya masih jernih.... enak tuh maen kesono... nice post and pict :D

    ReplyDelete
  5. Sumber mata air di daerah emang harus dijaga..
    Selain untuk kelangsungan hidup, tapi pemandangannya juga sungguh luar biasa.
    good job Indah :)

    ReplyDelete
  6. heu2... liat fotonya jadi kerasa segernya aer pegunungan... ilustrasi yang menggugah masyarakat untuk menjaga kearifan lokal...

    nice posting...

    ReplyDelete
  7. Wah, maka hati-hatilah kita yang sering boros air. Good Job.

    ReplyDelete
  8. Sektor pariwisata di Subang harus mulai dibenahi lagi.. Sayang sekali banyak keindahan kota Subang yang belum banyak orang tahu. Kota Subang menawarkan berbagai macam sensasi tradisional yang arif.

    ReplyDelete
  9. @Imam & @Intan
    ayo maen ke subang yooo :d

    ReplyDelete
  10. @fARID
    Betul sekali Farid, peradaban bermula dari air, hilangnya peradaban dimulai dari berkurangnya ketersediaan air :)

    ReplyDelete
  11. @Andri
    sayang sekali, kamera yang menjepret foto-foto ini langsung rusak :(

    ReplyDelete
  12. @Darwis
    iya tuuh anak-anak asrama yang suka boros air... harus lebih sadar :D

    ReplyDelete
  13. @Nayyla
    Pariwisata alam yang baru dikenal 30 % saja sudah dikotori, pariwisata boleh lebih dipromosikan tapi mungkin harus seimbang dengan penanganan kebersihannya :) thx masukannya nay :)

    ReplyDelete
  14. menanggapi tentang mata air telaga sari.. seumur hidup saya belum pernah tahu ada desa pulekan di kelurahan pagaden,, (mungkin maksudnya kecamatan pagaden), btw,, untuk mata air tsb, perlu langkah nyata bagi pelestariannya. . . moga aja kearifan lokal bisa tetep melestarikan dan meningkatkan fungsinya. . amiin..

    ReplyDelete