Bukti : Rasul pun Toleransi

18:32:00 Unknown 1 Comments




Rasulullah SAW adalah sosok nyata yang mengajarkan toleransi kepada kita sebagai umatnya. Jabatannya sebagai kepala keluarga, kepala pemerintahan, juga panglima perang, membuat Beliau memandang ramah terhadap setiap perbedaan. Perbedaan yang benar-benar berbeda, baik itu keyakinan, pendapat maupun agama. 

Beliau lekat dengan istilah “Air tuba dibalas dengan air susu”, selalu membalas kejahatan dengan sikap pemaaf dan toleransi, bahkan
beliau mendoakan orang-orang yang berbuat jahat kepadanya.
Toleransi itu terbukti dalam Piagam Madinah, berdasar pada kesepakatan kaum muslim, kaum quraisy dan kaum yahudi. “Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (kaum mukminin) tidak terzalimi dan ditentang.”
beliau tetap mengayomi perbedaan, memusnahkan permusuhan dan menebar benih-benih perdamaian. 
Seorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam. Segala persiapan telah matang, persenjataan sudah disandangnya, dan ia pun sudah masuk ke kota suci tempat Rasulullah tinggal itu. Dengan semangat meluap-luap ia mencari majlis Rasulullah, langsung didatanginya untuk melaksanakan maksud tujuannya. Tatkala Tsumamah datang, Umar bin Khattab ra. yang melihat gelagat buruk pada penampilannya menghadang. Umar bertanya, “Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik?”

Dengan terang-terangan Tsumamah menjawab, “Aku datang ke negeri ini hanya untuk membunuh Muhammad!”.

Mendengar ucapannya, dengan segera Umar langsung berang. Tsumamah tak sanggup melawan Umar yang perkasa, ia tak mampu mengadakan perlawanan. Umar berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid. Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada Rasulullah.

Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu. Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik, kemudian berkata pada para sahabatnya, “Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?”.

You Might Also Like

1 comment:

  1. Terimakasih atas komentarnya :)
    kebetulan di postingan saya sebelumnya, "Maryam yang Terusir Karena Iman" mengisahkan tentang Ahmadiyah. saya sangat setuju jika kita mengajak Ahmadiyah kembali lagi kepada hukum dan syariat islam, dengan cara yang baik-baik seperti yang diajarkan rasul. kekerasan hanya akan menunjukan bahwa kita tidak bisa memanusiakan manusia. buktinya, para ahmadi yang terusir dari rumahnya sendiri di Lombok, kini terlunta-lunta di pengungsian yang tidak layak. walau bagaimanapun mereka tetap manusia, sama seperti kita, hanya keyakinannya saja yang berbeda. saya hanya berharap diadakannya sebuah dialog antara kita dan ahmadiyah, memberikan opsi kepada mereka, hilangkan atribut ahmadiyah atau tetap ahmadiyah tapi dengan tidak membawa nama islam. semoga itu bisa disebut sebagai salah satu bentuk toleransi. :)

    ReplyDelete