Little thing called tolerance

15:36:00 Unknown 0 Comments



Di sudut kiri berbisik, katanya toleransi itu ketika kita bisa menghormati perbedaan yang beragam.  Tapi yang kanan bilang, toleransi adalah respect dan peduli, namun tetap mengkritisi yang salah menurut kita. Ah  Begitu banyak spekulasi yang menghasilkan budaya bingung, padahal hanya buah dari lahirnya satu kata saja, “pluralisme”.
Tapi menurut saya pribadi, toleransi adalah kami, para penghuni asrama Al-Mustaqim. Letaknya berada di jalan Al Mustaqim Mampang Prapatan.
Selintas namanya  begitu islamis, namun bukan berarti semua penghuninya beragama islam, satu dari kami berempat belas ada yang beragama nasrani. Dan kami menjalani hidup normal layaknya keluarga besar di satu rumah yang sederhana, hangat dan ceria.

Hidup di bawah satu atap bersama orang-orang berbeda suku adalah pengalaman paling spesial dalam hidup. Apalagi karakter yangdibangun dari masing-masing keluarga pun sangat berbeda, otomatis kebiasaan kami ketika bersama pun beragam. Ya, kami berbeda sejak lahir, namun ditakdirkan untuk hidup bersama selama kami menempuh jenjang pendidikan di Universitas Paramadina. Fidia, Juli, Zahra, Dilla, Dety, Intan, Septi, Fitri, Asri, Amy, Aniq, Nida dan Winner.
Ya, nama yang disebutkan terakhir tadi, seorang pemenang, satu-satunya keluarga kami yang beragama nasrani. Bagi kami, dia adalah seorang pemenang, pemenang hati yang mampu meluluhkan segala resah disela perbedaan. Siapa bilang berbeda keyakinan harus berperang ? Siapa bilang perbedaan itu tak indah ? buktinya, pelangi yang terdiri dari beragam warna saja rupanya begitu menawan. Tinggal merujuk pada sudut pandang saja masing-masing saja, jika kita menilai itu buruk, maka buruklah. Namun jika kita bubuhkan satu bumbu saja di atasnya, maka damailah. Satu kata yang menyulap perbedaan menjadi sangat menyenangkan, toleransi.

Kami sudah hidup bersama hampir dua tahun, saling berbagi, saling mengasihi dan menjaga satu sama lain. Merayakan idul adha bersama dan menghangatkan malam natal di bawah langit yang juga sama..



suka cita menemani natalnya winner 



Kami tetap bersama walaupun berbeda iman


Betapa menyenangkannya menjadi kami. Berbagi kebahagiaan tanpa harus menonjolkan perbedaan, apali mempermasalahkannya.
Kami jengah dengan peperangan, permusuhan, perpecahan. Bukankah kita sudah diajarkan untuk bertoleransi sejak kita kecil.. lalu mengapa semakin banyak orang yang membiaskan arti toleransi itu sendiri.

You Might Also Like

0 komentar: