3T (Teman Tanpa Toleransi)

11:09:00 Unknown 4 Comments


Film yang dibuat oleh tangan-tangan berbeda suku, agama, ras dan golongan.

Judul Film                : Teman ?
Lokasi                      : Universitas Kristen Petra Surabaya
Ide Cerita                 : R. Indah Riadiani Hapsarie dan Amethysya
Sutradara                 : Samuel Yohanes
Penulis Skenario      : Maria Lady C.
Editor                       : Sahrul Farih dan R. Indah Riadiani Hapsarie

Kata orang, film adalah adalah gambar hidup penyampai pesan yang mampu dengan mudah mendarat di otak dan meresap di perasaan
penontonnya. Dalam hal ini, film juga yang mewakili saya menjelaskan bahwa semakin hari, toleransi semakin bias keberadaannya. 
Mari kita mulai dari lingkup sebuah pertemanan, yang menjadi  awal sebuah hubungan sosial dalam masyarakat. Makna teman sendiri sangat beragam, namun kami sebagai pembuat film “Teman ?” sangat sepakat bahwa pada intinya teman bukanlah sebuah bayangan. Seperti yang kita tahu, bayangan hanya akan muncul pada saat cahaya menerangi, namun ketika kegelapan menghampiri, bayangan menghilang.
Teman yang baik adalah mereka yang menggenggam toleransi di kedua kepalan tangannya. Genggaman toleransi  yang mampu memahami dan menjadi pemersatu sebuah keragaman. Ketika toleransi itu sedikit demi sedikit mulai terlepas dari genggaman, maka yang terjadi adalah seperti yang digambarkan dalam film di atas.
Indah dan Ferry berteman sejak semester awal kuliah. Dalam persepsi Ferry dan Indah, pertemanan itu berarti semuanya sama. Almamater yang sama, pemikiran yang sama, sikap yang sama, kebiasaan yang sama, hingga keyakinan yang sama, akhirnya, memberanguskan keragaman. 
Dalam keterpaksaan Ferry membuat keragaman dan perbedaan itu tak ada, hatinya merasa terseret-seret pada arah yang bukan dia pilih. Ferry ingin bercerita dan mengaku kepada Indah bahwa dia memiliki kehidupan lain, kehidupan yang jauh berbeda dari kehidupan yang dijalani Indah. Bukan kebiasaan membaca buku, menulis atau bercengkrama menghabiskan hari di depan laptop. Tapi kehidupan   suram yang sulit ia tinggalkan, ketergantungan narkoba dan minuman keras.  Ferry hanya ingin didengar dan diselamatkan.  Sayang, tanpa disadari, segenggam toleransi itu terlepas dari tangan Indah. Dia terlalu sibuk dengan egonya, juga kegemaran yang secara tidak langsung harus diikuti oleh Ferry.  Sampai kata pun tak mampu lagi menjelaskan keadaan Ferry, akhirnya sang waktu turun tangan mengundang seonggok penyesalan di dada Indah, “Mengapa aku tak mentolerir Ferry untuk sebuah perbedaan ? mengapa aku tak mau mendengar ? Andai saja dulu aku membiarkannya menjadi dirinya sendiri, mungkin takkan pernah dia merasa tertekan dan lari pada puluhan butiran obat penenang ”.  

You Might Also Like

4 comments:

  1. waaah makasih deenal :D wah bentar ni.. kamu yg kmaren ikut di surabaya bukan ?

    ReplyDelete
  2. mantep euy filmna :D
    backsongnya apa euy?
    enakeun,, :o

    ReplyDelete
  3. hhoho nuhuun, backsound nu aya di laptop eta mah :D follow atu blog saya nya

    ReplyDelete