The Way Home

11:47:00 Unknown 0 Comments



Nenek.
Sosok yang kadang terlupakan.

Namun bagiku, keberadaan dan jasa seorang nenek tak bisa dibandingkan dengan apapun. Sejak kecil, aku dititpkan orang tuaku yang sibuk bekerja kepada nenek tercinta. Namun berbeda dengan cerita the way home ini,  
Di sini, nenek ini adalah ibu dari ibu si anak kecil, Sangwoo namanya. Anggaplah aku Sangwoo, tapi neneknya adalah ibu dari nenek aku. Tak bisa diduga memang, ternyata  aku  sejahat Sangwoo, ternyata aku tak kalah kurang ajarnya seperti Sangwoo. Jujur, aku pernah menggigit kaki uyut  yang seumuran dengan nenek Sangwoo karena ia tak bisa mengejarku dengan kencang. Uyut, ya aku lebih sering menyusahkannya dibanding aku menyusahkan orang lain. Jika tak ada teman yang datang, aku memaksa dia bermain masak-masakan. Aku jadi penjual makanannya, dan uyut menjadi pembelinya. Jika bosan
bermain masak-masakan, aku biasanya meaksa uyut bermain lompat tali denganku. Bayangkan betapa tololnya aku mengajak nenek-nenek, yang untuk meluruskan badannya saja kesulitan, tapi aku tetap memaksanya untuk melompati tali. Aduh uyuuut maaf, setelah menonton film “the way home” ini, aku jadi sadar, Sangwoo adalah aku yang dulu memperlakukan uyut dengan jahat. Memaksa uyut menyanyi lagu Meisy yang Cilukba dengan keras, atau kebiasaanku yang selalu memijit-mijit perut uyut yang berlipat saat uyut tertidur, menyisir rambut uyut yang hanya tinggal beberapa lembar layaknya Barbie rapunzel, Karena saat itu aku tak punya barbie. Tapi uyut tetap sabar menghadapi aku. Bahkan selalu mengelus-elus rambutku saat aku tidur, mendoakan ku agar senantiasa sukses dan bahagia.
satu hal yang sama dengan Sangwoo, aku pun selalu memasukan benang ke dalam jarum :)




ini saat Sangwoo dipotong rambut oleh neneknya






Sangwoo meninggalkan neneknya dan meninggalkannya sendiri berjalan ke rumah

   
Sangwoo pulang dengan linangan air mata, karena badannya penuh luka akibat dikejar sapi gila




ini saat Sangwoo kurang percaya diri dengan rambutnya





Neneknya sedih saat Sangwoo akan pergi meninggalkannya



Sebenarnya Sangwoo pun sedih meninggalkan neneknya, tapi dia malu



neneknya susah payah mengangkat berliter-liter air dari sungai, namun Sangwoo tetap cuek




neneknya memang sudah terbiasa hidup menyendir, tanpa keluarga, tanpa siapapun. 





























Jika Sangwoo merawat neneknya saat sakit, aku selalu setia menemani uyut seharian. Memberikan makan untuknya, menjaganya di depan pintu kamar mandi saat dia berlama-lama mandi, mengantarnya ke sungai saat ia ingin berpetualang, dan memberikannya kain batik sebagai hadiah ulang tahun (padahal uyut sendiri lupa kapan ia lahir)

Uyut, aku rindu senyummu…
Aku menyesal telah memarahimu hingga akhirnya kau pun marah dan membuang 5 sepatu sekolahku.
Aku menyesal membuat satu gigimu lepas. L
Aku menyesal menjadi anak yang nakal saat itu.
Tapi aku bahagia karena engkau sangat menyayangiku …. Dari buyutmu yang lain, kau bilang paling sayang padaku J
Aku ingat, dulu uyut sering bilang, “indah…anak nakal itu pinter, udah gede indah harus jadi orang pinter ya !” yes yut,, wanna be !!

Uyut selalu jadi tempat mengadu, waktu aku ingin menonton pertunjukan lumba-lumba, dan bapak tidak mau mengantarkanku, aku berdemo dengan cara menginap di rumah uyut. Seharian aku bersembunyi di ketiak uytu, berharap mendapat pembelaan. Dan akhirnya kemauanku pun dikabulkan J

Uyut, aku rindu mendengarkan radio tua mu… menangis dan tertawa bersamamu…

Uyut,  walaupun sadar betul umurmu sudah sangat tua, tapi aku tak pernah menyangka hanya bisa mengenalmu slama 6 tahun saja. Tak pernah kusangka, saat itu aku yang pertama kali menemukanmu sudah terbujur kaku di atas ranjang, dingin, sepi tanpa nafas. Pertama kalinya dalam hidup, ditinggalkan orang terdekat, uyut. Aku melihat beberapa orang memandkannya, membungkusnya dengan kain kafan, menggotongnya dalam keranda dan menginjaknya dalam tumpukan tanah. Saat itu aku sadar betul, tak akan ada lagi yang menemaniku bermain masak-masakan, bermain lompat tali, menyalakan radio tua keras-keras, mengajak aku dan teman-teman mengumpulkan buku bekas di sekolah yang bobrok, berteriak memarahiku penuh getar.. tak ada lagi..takan pernah ada lagi…

Uyuut, doaku utukmu selalu menghiasi pagi, siang dan malam ku.   

You Might Also Like

0 komentar: