belitung,
3.45 dini hari dua alarm bersahutan, dan cukup 15 menit saja kami mandi – kemudian siap-siap
menuju taxi yang sudah siap menunggu. 1 jam perjalanan menuju Bandara Soekarno Hatta kita gunakan untuk melanjutkan tidur. Kami tepat waktu, saat itu ternyata banyak sekali orang yang pergi ke Belitong, antrian check in pukul 5.30 cukup panjang ya untuk sekelas perjalanan jumat pagi (berati pada bolos juga nih orang-orang).
10.00 kami menuju Museum Tanjung
Pandan. Hanya dengan membayar Rp. 3000 kita bisa dengan puas mengenali Belitong
tempo dulu melalui peninggalan-peninggalan yang didisplay. Uniknya, masih di
area yang sama, tepat di belakang museum terdapat kebun binatang. Sedikit
mengeluarkan uang, tapi banyak mendapatkan ilmu. Itu !
Karena kita tak tahu nama pantainya, pantai ini kita namakan pantai “kita”,
lokasinya tak jauh dari Tanjung Tinggi, ada ayunannya, dan hanya kita berdua
yang ada di sana.
Belitong - Backpackeran Setelah Menikah
3.45 dini hari dua alarm bersahutan, dan cukup 15 menit saja kami mandi – kemudian siap-siap
menuju taxi yang sudah siap menunggu. 1 jam perjalanan menuju Bandara Soekarno Hatta kita gunakan untuk melanjutkan tidur. Kami tepat waktu, saat itu ternyata banyak sekali orang yang pergi ke Belitong, antrian check in pukul 5.30 cukup panjang ya untuk sekelas perjalanan jumat pagi (berati pada bolos juga nih orang-orang).
6.00 Citilink menepati janjinya untuk terbang. For your information, kita
dapet tiket ini promo ko, pulang pergi dapet diskon. Begitupun hotelnya, diskon
parah. Jadi kita memang berhoneymoon hemat pemirsah.
07.00 tibalah kita di Bandara
Tanjung Pandan atau H. AS Hanandjoeddin (read:
Hananyudin). Bandaranya kecil, dan toiletnya agak kurang terawat. Tapi semua
terbayar dengan keindahan alamnya, turun dari pesawat saja kita bisa langsung
melihat alam terbuka yang hijau-bisa langsung selfie-selfie, mirip-mirip
bandara Abdul Rachman Saleh di Malang. Keluar
dari Bandara, tantangan pertama DIMULAI. Setelah sebelumnya baca-baca info
tentang angkutan di Bandara Tanjung Pandan, saya mendapat dua versi angkutan
optional :
(1) langsung menerima tawaran bapak-bapak yang menawarkan jasa taxi – bentuknya seperti mobil pribadi biasa, dengan harga semau supir, atau
(2) jalan kaki dulu sekitar 1 km keluar area bandara, dan nunggu angkot ke pusat kota Tanjung Pandan.
Awalnya kita sok nolak tawaran supir-supir taxi avanza itu, tapi realisasinya saat melihat lapangan langsung, sepertinya area luar bandara sangat jauh (trauma adegan jalan ke Bandara Ngurah Rai) ditambah keadaan kita berdua yang setengah mati menahan lapar. Akhirnya kita memutuskan untuk menggunakan taxi avanza setelah kontak mata dengan seorang Bapak berkulit coklat tua cenderung hitam hehe.
(1) langsung menerima tawaran bapak-bapak yang menawarkan jasa taxi – bentuknya seperti mobil pribadi biasa, dengan harga semau supir, atau
(2) jalan kaki dulu sekitar 1 km keluar area bandara, dan nunggu angkot ke pusat kota Tanjung Pandan.
Awalnya kita sok nolak tawaran supir-supir taxi avanza itu, tapi realisasinya saat melihat lapangan langsung, sepertinya area luar bandara sangat jauh (trauma adegan jalan ke Bandara Ngurah Rai) ditambah keadaan kita berdua yang setengah mati menahan lapar. Akhirnya kita memutuskan untuk menggunakan taxi avanza setelah kontak mata dengan seorang Bapak berkulit coklat tua cenderung hitam hehe.
Namanya Pak Andol, dia menawarkan harga Rp.100.000 untuk sampai langsung ke
Hotel Pondok Impian 2. Sepanjang jalan kerjaannya promosi mulu, sempat dalam
hati juga bilang “ko Bapak ini hobi sekali berbicara ya hehehehe”. Jadi ternyata Pak Andol itu tour guide Belitong,
dia biasanya bawa rombongan sampai lima bus wisata. Kebetulan saat itu dia free
katanya, jadi kalau mau keliling Belitong sampai malam bisa langsung deal
dengan harga 500.000 sekian lah. Agak shock sih, tapi keteguhan hati untuk
merealisasikan itinerary sendiri lebih kuat dari batu karang. Alhasil, Pak
Andol hanya berhasil merayu kami untuk sarapan Mie Belitong di warung Mak Jana
dan memamerkan kemampuan Fotograpy nya di Danau Biru (Kaolin).
Danau Kaolin |
Mak Jana |
Tapi rekomendasi Mie Belitong Pak Andol memang mantap deh. Awalnya ragu
karena rekomendasi dari blog lain katanya yang paling terkenal itu Mie Atep.
Tapi ternyata Mie nya Mak Jana ini muantaap sangat lah, baru ngerasain Mie
seenak itu. Ada juga makanan mirip-mirip lontong sayur gitu namanya Soto Belitong,
gorengan daging kepiting asli dan es jeruk kunci pastinya. Dan criiiing,
bayarnya juga ga mahal. Untuk lokasi, pokonya patokannya Bunderan Batu Satam,
ada di google map yah “Kedai Mak Jana”, cek aja.
Mie Belitong |
08.00 Tiba di Hotel Pondok Impian 2. Hotel ini berdampingan dengan Hotel
Pondok Impian I, perbedaan terletak dari harga dan konsepnya ternyata. Hotel
Pondok Impian 2 ternyata sedikit lebih mahal karena berkonsep Vila / Cottage
gitu. Di belakang hotel langsung bisa melihat view Pantai Tanjung Pendam, ah
berasa milik berdua.
Hotel Pondok Impian 2 |
09.00 kami menyewa motor matic dari hotel dan berasa mengejar target-
dengan hanya bermodal google map, kita langsung menuju Rumah adat Belitong.
Berwisata ke tempat ini gratis ya, tapi sebelum datang, dicek dulu ya jadwal bukanya. Berikut sejarah
rumah adat Belitong:
Oya, di sini yang jaga suka banget cerita dari A-Z hihi
12.00- 14.00 kami kembali ke hotel karena suami mau solat jumat dan
sekalian istirahat. Kemudian perjalanan kami lanjutkan ke Pantai Tanjung
Tinggi, atau dikenal dengan Pantai Laskar Pelangi. Dari Hotel ke Pantai Tanjung
Tinggi itu...hmmm ya 29 menit sih bener, kalo di Jakarta kan kaya dari Mampang
ke Monas naik busway, deket lah. Tapi ini Belitong bro, ga ada macet dan
jalannya lurus mulus tanpa hambatan. Kanan kiri pepohonan hijau, enak kalau
pagi, kalo udah sore apalagi malem ya serem juga. Namun semua terbayar dengan keindahan bebatuan Tanjung Tinggi yang besarnya bisa mencapai ukuran gedung perkantoran. Oya, jangan lupa untuk mencicipi ikan bakar di sana, segar dan benar-benar nikmat.
Pantai "Kita" |
17.00 udah paling aman deh buat pulang ke Hotel
18.00 menikmati sunset di pantai belakang hotel,alhamdulillah
19.30 makan di warung depan hotel, kita makan ikan gangan yang super
pedeesss
Sabtu, 29 Januari 2016
08.00 pagi kami sudah siap menghadapi berbagai kemungkinan di perjalanan
menuju Gantong. Secara, perjalanan kemarin ke Pantai Tanjung Tinggi yang
menghabiskan 30 menit saja cukup membuat isi perut angin semua, nah apalagi
sekarang yang katanya 1,5 jam dengan jarak tempuh hampir 74 Km, waaw itu kaya
dari Karawang Bandung naik motor. Yah liat aja deh petanya, it crosses the island. Tapi tenang, perjalananya menyenangkan ko, yang ga asik cuman anginnya aja.
Pemandangannya subhanallah, jalan mulus rata kaya muka raisa, ga macet dan
aman.
Jalanan di Belitong hampir begini semua |
Jadi yang perlu di persiapkan adalah stamina, jaket tebal, sunblock, kaos
kaki, kaos tangan dan tolak angin. Ingat, angin di sana kencang dan dingin, ga
bakal terasa kalau sebenarnya kita terpanggang matahari selama berjam-jam di
motor. Nanti pokoknya tau-tau angus...
Contoh keasikan momotoran, nyaho-nyaho wereng weh |
08.10 Kami mengisi perut di Rumah Makan Bubur Belitong, rasanyaaaaaa
mantaaap. Jujur, saya bukan penikmat bubur. Tapi bubur Belitong ini mampu
membuat saya ingin kembali lagi. Buburnya memang biasa, tapi campuran kuah
sotonya khas banget. Mau lagii :(
Bubur Belitong |
Perjalanan berlanjut. Jika berangkat pagi, di kanan kiri jalan akan banyak
ditemukan hewan-hewan yang sedang berjemur- ada anjing, kucing, bahkan ayam.
Perjalanan menuju Gantung dari Tanjung Pandan akan sulit menemukan pom bensin,
yang ada hanya warung-warung penjual bensin eceran.
09.30 kami sudah mendekati daerah Gantong, jika melihat peta-yang keluar
adalah keterangan bahwa kita sedang di Jalan Laskar Pelangi. Mulailah kami
menyalakan playlist lagu-lagu Laskar Pelangi. “Mimpi...adalah kunci...untuk
kita menaklukan dunia.....” subhanallah , rasanya seperti masuk ke dalam cerita
Laskar Pelangi, tiba-tiba suami merasa menjadi si Ikal, dan saya menjadi Bu
Guru Muslimah (tua ye). Kami benar-benar larut dalam perjalanan ini, kami larut
dalam senyuman penduduk desa di pinggir jalan.
Jembatan Laskar Pelangi, Gantong |
Sd Muhamadiyah yang kita kunjungi ini adalah replikanya-alias yang digunakan dalam pembuatan film Laskar pelangi, karena yang asli masih beroperasi layaknya sekolah-sekolah di Indonesia.
Replika SD Muhamadyah Gantong |
Ruang Kelas SD Muhamadyah |
10.15 kami bergegas menuju Museum Kata Andrea Hirata, jarak tempuhnya hanya
lima menit dari Replika SD Muhammadyah.
Rumah Andrea Hirata katanya sih ada di seberang jalan – jeda tiga rumah
dari masjid. Di Museum ini, yang dipajang tentulah berbagai jenis bacaan. Bacaan tentang kenapa Andrea Hirata menulis Laksar Pelangi, bacaan tentang perjalanannya setelah menjadi penulis, dan bagaimana ia mendedikasikan waktunya untuk Belitong lewat Laskar Pelangi. Salut dengan inspirasi yang beliau tebar, "Pulang dan membangun Belitong",
khususnya di sektor wisata. Tentu tanpa Laskar Pelangi (Sekalipun keindahan alamnya sangat menarik hati) Belitong rasanya hambar-hambar saja. Dengan adanya Laskar Pelangi, kami yang benar-benar terinspirasi dari bukunya tentu ingin langsung menapaki jejak-jejak tokoh dalam buku. Yang mau beli oleh-olehpun bisa membeli di sini, ya
walaupun harganya agak kurang sopan buat dompet ya, tapi kualitasnya sangat bagus,
bahan katun asli dan awet insha Allah (kalau gak dibakar).
11.30 perut kembali bergoyang, kami menuju Manggar si Kota Seribu Satu
Warung Kopi. Entah kita yang kurang explore apa gimana (karena panas), tapi
sejauh pandangan mata ya ga banyak-banyak amat juga warung kopinya. Kata suami
yang orang Aceh sih lebih banyak warung kopi di Aceh (masih belum percaya,
karena belum diajak ke Aceh). Tapi karena penasaran, kami pun mencoba untuk
meneguk Kopi Manggar. Rasanyaa, ya rasa kopi ya pemirsa. (maaf ilmu tentang
kopinya kurang).
Kopi Manggar |
12.30 mental sudah dimantapkan, siap menuju Tanjung Pandan, siap membelah Belitong.
14.10 kita lanjut membeli oleh-oleh di sekitaran hotel. Oleh-oleh banyaknya
di sepanjang Jl. Sriwijaya, juga beberapa di Jl. Patimura. yang khas di sana
diantaranya: olahan ikan, kerupuk, belacan, ketam isi, batu satam, kerajinan
kerang, kaos-kaos, lad, dan terasi khas Belitong.
Istirahat...
Mager....
17.30 kita hanya mampu bergerak ke Pantai Tanjung Pendam, yang jaraknya
seiprit dari hotel, 9 menit saja.
Sayang sunset di Tanjung Pendam tertutup awan |
Pantai Tanjung Pendam ini seperti kawasan wisata, di dalam kawasan tersebut
ada pantai, taman bermain anak-anak, tenda-tenda kios makanan, sampai
perahu-perahu nelayan. Di Pantai Tanjung Pendam ini lah the best sunset view in
Belitong (Kalo ga mendung).
18.00 kita makan di cafe anak gaulnya Belitong, Gorong-Gorong namanya.
Tempatnya seberang pintu keluar Tanjung Pendam. Cafenya terbuka, hanya memakai
tenda di setiap mejanya, makanannya pun enak dan cepat saji, ditambah live
music akustik dari band yang tampil. Walaupun konsepnya di luar dari Budaya Belitong
yang kita cari, tapi so far makannya mantap.
Cafe Gorong-Gorong |
Ikan asinnya juaraa |
Minggu, 31 Januari 2016
Pagi hari kita gunakan untuk
menikmati kamar, dan menikmati keindahan hotel.
09.00 makan Mie Belitong Mak Jana lagi dan coba meangbadikan replika si
Batu Satam yang bertengger di bunderan. Batu satam hanya ada di Indonesia,
ketika meteor jatuh ke tanah Belitong, kandungan timmah di tanah Belitong
bereaksi dengan meteor tersebut, jadilah Batu Satam. Kalau jual serpihan, untuk
perhiasan, harganya terjangkau loh kalau di Belitong, karena langsung di sumber
si batu ditemukan.
Bundaran Batu Satam |
09.30 menuju danau biru (kaolin) untuk kedua kalinya. Penasaran aja,
sebenarnya bisa masuk dan pegang airnya apa ngga. Karena bersumber dari
instagram, orang-orang bisa berfoto di dalam kawasan yang berair di danau
tersebut. Sementara saat kita ke sana, ada papan larangan juga yang tidak
memperbolehkan pengunjung turun, untuk mengantisipasi kejadian longsor. Wah berarti
yang foto di instagram sampai turun ke kawasan danau itu alay-alay bandel tuh,
karena merujuk pada postingannya-masih di bulan dan tahun yang sama.
Danau Kaolin |
14.00 menuju Pantai Tanjung Kelayang, niat sepenuh hati untuk menyebrang ke
Pulau Lengkuas. Tapi saat tiba di sana, kami kesorean dan kelaparan. Alhasil
kami hanya makan dan mandi ala-ala penganten romantis gitu di pantai. Air di
Tanjung Kelayang lebih jernih daripada air Tanjung Tinggi. Pasirnya pun entah
bereaksi dengan apa, lembut dan putih bersih. Kita pun pulang sebelum matahari
terbenam.
Note: Kalau mau ke pantai, bawa baju renang. In case planningnya gagal
untuk ga berenang, setidaknya ga beli baju di pinggir pantai, karena MUAHAL.
Oya, yang mau menyebrang ke Lengkuas, lebih baik langsung menghubungi yang
punya kapal-jangan kecalo (biasanya suka hinggap di tempat parkir), costnya
400-500rb / kapal, jadi baiknya kalau bulan madu kaya kita-cari temen dulu buat
nyebrang bareng biar harga lebih ringan.
19.00 menuju Rumah Makan Belitong Timpo Dulu. Lokasinya tepat berada di Jalan Lettu Mad Daud, Tanjung Pandan. Ternyata rumah makan ini
sudah diresmikan sebagai warisan budaya
Belitong. Tak hanya bentuk rumahnya yang khas Melayu, interiornya pun
lengkap seperti Belitong Tempo dulu. Makanan nya sangat terjangkau, dan
pastinya khas Belitong, pesanlah sesuka hati.
Senin, 1 Februari 2016
05.30 berakhir sudah keberadaan kami di Belitong. Satu-satunya taxi berago
di Belitong sudah siap mengantarkan kami ke Bandara Tanjung Pandan, criiing
costnya hanya Rp. 90.000.
Oh alam Belitong, terimakasih telah meredam segala kepenatan hati yang kami
bawa dari Jakarta. Terimakasih atas pantai-pantaimu, Laskar Pelangimu,
keramahan pendudukmu, makananmu. Sungguh sangat berkesan menghias hari-hari
kami sebagai pengantin yang baru saja menginjak 10 hari saat itu. Semoga kami
bisa kembali lagi.
Salam, Indah & Levi
Hal-hal yang unik di Belitong (based on our experience)
1.
Tidak
sekalipun menemukan pengemis atau pengamen
2.
Orang-orangnya
ramah dan suka bercerita
3.
Saking
ramahnya, kalau diklakson biasanya senyum
4.
Cepat dalam
menyajikan makanan
5.
Hampir semua
jalannya mulus dan rata
Kontak:
1.
Taxi argo
Belitung: 087896478835 / 082283015555
diklakson malah senyum,
ReplyDeletentap!
aslina :D masalahnya ga cuman sekali nemunya cup, berkali kali diklakson ke org yang berbeda juga ttep senyum :D
ReplyDeleteSeru in Ndaaaaaaah
ReplyDeleteIriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
DeleteAsslm.Indah Riadiani Masih Kenalkah Sama Om Andol Belitung
ReplyDeleteSewa Mobil Andol Belitung ( http://www.sewamobilandolbelitung.com/ )