Subang
Mata Air (Kini), Air Mata (Kemudian)
Air adalah kebutuhan mutlak makhluk hidup. Tak ada air, maka
tak ada kehidupan. Air yang terlihat melimpah ruah dan mudah didapatkan di mana
saja ternyata berbanding terbalik dengan ketersediaan air bersih. Air bersih
semakin sulit didapatkan, jika dulu beberapa negara berperang memperebutkan
wilayah, maka suatu saat nanti mungkin yang diperebutkan adalah sumber air bersih.
Jangan merasa senang dengan tercukupinya kebutuhan
Petani Subang bergelimpangan air |
Sumber mata air di Desa Darmaga - Subang |
Secara teknis, penyediaan air bersih di Subang dibagi menjadi tiga kelompok, yakni sumber mata air, sumber air tanah dan sumber air permukaan. Sumber mata air sendiri totalnya berjumlah puluhan dan tersebar di tiga lokasi, yakni Cipondok, Cileuleuy dan Jalan Cagak.
Tenda yang didirikan di sekitar Curug Cijalu |
Jernihnya air Cipondok |
Pak Sarwa di Depan Warungnya |
Setiap sumber mata air yang digunakan oleh perusahaan, dilindungi dengan bangunan seperti rumah kecil |
Pipa-pia ini milik PDAM dan Perusahaan air minum kemasan |
Sumber dari mata air ditampung di kolam ini |
Seorang Ibu mencuci dari aliran air yang ditampung di kolam |
Pahlawan pemurni air milik kami :) |
Sumber :
Betapa pentingnya air bersih untuk kelangsungan hidup
manusia. Laporan Bank Dunia tahun 2009 menyebutkan bahwa rata-rata 50.000
balita meninggal setiap tahun akibat buruknya akses terhadap air bersih. Jangan
sampai mata air kita kini menjadi air mata kita di masa depan.
Kabupaten Subang
Mungkin heran, mengapa saya pilih Subang sebagai objek dari
blog ini. Jawabannya, karena 60 % daerah-daerah di Subang menggunakan kata “Ci”
yang artinya air. Cijambe, Cimerta, Cisalak, Cipondok, Cilaja, Ciasem, Ciater
dan masih banyak lagi. Bukan tak beralasan, nama – nama itu memang diambil
berdasarkan ketersediaan air yang melimpah.
Subang, kabupaten yang terletak di Pesisir Utara Laut Jawa
ini terkenal sebagai penghasil buah nanas dan rambutan yang mampu menembus
pasar di kota-kota besar di Indonesia maupun luar negeri. Jika masih samar
untuk mengingatnya, maka ingatlah gotong sisingaan, karena budaya gotong singa
adalah identitas utama yang membuat
kabupaten ini mendunia. Jika masih belum
terbayang juga Subang itu dimana dan seperti apa, maka ingatlah wisata
pemandian air panas Ci Ater, karena Ci Ater adalah tempat wisata paling
terkenal di Subang.
Secara geografi, Subang terletak di bagian utara provinsi
Jawa Barat, yaitu 107° 31’ - 107° 59’ Bujur Timur dan 6° 11° - 6°
49° Lintang Selatan. Luas wilayah
Kabupaten Subang adalah 205.714,60 Ha atau 4,6 % dari luas keseluruhan Jawa
Barat, dengan ketinggian antara 0 – 1500 M dari permukaan laut. Namun jika dilihat dari segi topografinya,
maka Subang dibagi menjadi tiga zona,
yakni daerah pegunungan, daerah berbukit dan daerah dataran rendah. Akibat kondisi
geografis Subang, kabupaten ini memiliki iklim yang bervariatif, karena
dipengaruhi oleh udara pegunungan dan laut.Subang memiliki kemiringan yang relatif datar yakni 80,80% luas wilayahnya dengan kemiringan 00-170. Beberapa daerah yang masih sering dilanda banjir dan genangan air dapat diatasi dengan percepatan aliran drainase. Sedangkan tempat-tempat yang sering mengalami kekeringan dapat diatasi dengan upaya pencarian sumber-sumber mata air baru beserta jaringan distribusinya. Daerah selatan sangat potensial untuk penemuan sumber mata air baru,sedangkan wilayah utara merupakan daerah pesisir yang memiliki potensi perikanan laut yang besar.
Subang
pun memiliki sumber hutan yang cukup luas, setelah dikategorisasikan terdapat
dua jenis hutan, yakni hutan negara dan hutan rakyat. Kawasan hutan negara
mencapai 30.3153,936 Ha atau sekitar 15 persen dari luas daratan di Kabupaten
Subang. Dari luas hutan yang dikuasai negara tersebut terdiri dari hutan
produksi seluas 24.209,706 Ha dan hutan lindung seluas 5.944,23 Ha. Hutan-hutan
ini lah yang menyebabkan Subang menjadi kaya akan sumber mata air. Karena
tujuan dari penyelenggaran hutan ini adalah untuk meningkatkan daya dukung
Daerah Aliran Sungai (DAS).
Jika
dihitung, maka ada ratusan sumber air bersih di daerah ini, mulai dari puluhan
curug (air terjun) yang dikenal wisatawan, sumber air panas Ciater, sumber mata air Cipondok yang
dimanfaatkan oleh perusahaan air minum kemasan, hingga sumber mata air samadji
yang disebut-sebut warga sekitar sebagai air ajaib karena mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh (air berasal dari tanah yang memendam fosil moluska ribuan taun silam). Saya akan mengulas beberapa
sumber air yang (sekarang) melimpah .
1.
Curug
(Air Terjun)
Alam Kabupaten Subang memang sudah
ditakdirkan memiliki banyak curug yang indah dan alamiah. Gunung yang
mengelilinginya seolah tak pernah henti mengalirkan air bersih berlimpah. Mulai
dari Curug Cijalu, Curug Agung atau Batu Kapur, Curug Cipalias, Curug Cina,
Curug Cigayonggong, Curug Goa Badak, Curug Tujuh, dan curug-curug lain yang
kurang terekspos media.
Saya pernah mengunjungi Curug Cijalu,
curug ini adalah hasil bentukan komodifikasi wisata alam. Pengunjung bisa
berlibur di sana dengan mendirikan tenda di sekitar curug. Karena dijadikan
tempat wisata, na’asnya curug ini menjadi kotor dan bertebaran sampah di
mana-mana, padahal aliran air dari curug ini dimanfaatkan warga sekitar untuk
irigasi sawah. Belum lagi pohon pinus yang setiap tahunnya berkurang, dengan
alasan untuk kebutuhan wisata, pohon-pohon pinus itu ditebang. Menurut data
yang saya dapatkan dari petugas wisata curug cijalu tahun 2010, kontinuitas aliran air
terjun cijalu tak sederas tahun-tahun sebelumnya, air yang berasal dari
sumbernya seolah berkurang seiring dengan berkurangnya jumlah pohon di kawasan
ini. Bukankah, seharusnya kita sama-sama menjaga sumber vital ini ? karena kita tak pernah tahu akan seperti apa Curug Cijalu di lima atau sepuluh tahun kemudian.
Jika anda membeli air minum kemasan,
pasti pernah melihat kemasan yang salah satunya bertuliskan ‘dari mata air
Cipondok Subang’. Cipondok memang memiliki beberapa sumber mata air, tiga
diantaranya digunakan salah satu perusahaan air minum kemasan, sisanya
digunakan PDAM dan masyarakat sekitar. Menurut cerita Bapak Sarwa, wakil ketua
RT daerah Cipondok, daerah itu memang sepertinya tak pernah kekurangan air
meski musim kemarau sekalipun. Satu rukun warga memiliki satu sumber mata air
yang dengan bebas bisa dipergunakan oleh siapapun.
Namun 1 dari 4 sumber mata air yang
tadinya digunakan oleh perusahaan air minum kemasan tersebut telah mati dan
tidak dipergunakan lagi. Sumber mata air yang bebas dipergunakan masyarakat
sekitar pun alirannya kecil dan tak begitu jernih. Sempat terfikir, apa jadinya sumber
mata air yang ada terus dieksploitasi ? satu mata air telah mati, what next ?.
jika terus dieksploitasi, extrasi air bawah tanah akan berlebihan, yang
dikonsumsi bukan lagi mata air dari permukaan, tapi dari kedalaman tanah yang tak layang minum . Jika seperti itu, lama –
kelamaan kualitas air akan memburuk dan rongga dalam tanah akan membesar. Dalam
sehari, truk-truk pengangkut air kemasan berbondong-bondong mengangkut ratusan
galon berisi air bersih. Satu kilogram botol air kemasan menghabiskan 26.88 Kg air, setara dengan 6.74 kali lipat dari air yang ada dalam botol, kalikan
dengan ratusan galon yang diangkut, sebanyak itulah air yang tereksploitasi setiap harinya.
Sejauh ini, perusahaan air minum yang
mengelola sumber mata air Cipondok masih dalam batas yang sudah ditentukan
pemerintah. Warga sekitarnya pun diberikan alat khusus untuk memudahkan
mengalirkan air dari mata air ke rumah-rumah. warga di sana malah terbuka
kepada siapa saja yang ingin mengambil air atau sekedar mandi dan bermain air. Namun warga harus tetap menjaga air baik dari segi kontinuitas, kuantitas dan kualitasnya. Karena ditakutkan air akan mulai tercemar akibat limbah buangan domestik warga sekitar.
Ini yang membuat alis saya bertemu
ketika melihat warga sekitar masih menjadikan mata air Talaga sari sebagai
satu-satunya sumber air di daerah itu. Terletak di Desa Pulekan, Kelurahan
Pagaden Subang, mata air ini adalah salah satu mata air yang juga tak pernah
mati. Mata air ini sengaja dibuat seperti kolam agar aliran air langsung
tertampung, kemudian dibuat saluran kecil untuk mengalirkan air. Secara kasat mata, air yang tergenang di
kolam terlihat sangat kotor dan penuh lumut, namun warga sekitar menggunakannya
untuk minum, mandi dan mencuci. Anehnya, sebanyak apapun air yang diambil dalam
kolam mata air tersebut, permukaan kolam tak pernah terlihat surut. Lagi-lagi tentang sanitasi, apalagi
air yang digunakan untuk keperluan minum sehari-hari harus terbebas dari segala
jenis kuman dan bakteri. Harus dilakukan filterisasi agar bakteri dan kuman mati dan tak menyebabkan penyakit dalam tubuh. Itulah pentingnya menggunakan water purifier, tentu dengan beberapa tahapan pemurnian yang aman dan terpercaya, saya percaya Pure it dan saya menggunakannya.
Saya dan
Jakarta
Subang,
dengan ketersediaan air bersihnya yang melimpah bisa jadi seperti Gurun Sahara
jika hutan dan sumber airnya terus dieksploitasi. Lalu akan ke mana kita
mencari air bersih ? Mungkin dengan melimpahnya air bersih, warga belum
tersadar bahwa air begitu berharga. Saya sendiri sudah tinggal di daerah
Mampang Prapatan Jakarta Selatan selama dua tahun, hidup berempat belas dengan
teman asrama. Permasalahan kami hanya satu, yakni terlalu sering memesan galon
yang dirasa sangat menguras dompet. Kami pun mencoba untuk membeli waterpurifier Pure It dan mengisinya dengan air yang berasal dari air tanah, karena
kami menggunakan pompa air. Sejauh ini Pure It sangat membantu, sudah enam bulan
kami menggunakan Pure It dan mengganti germkill kit untuk kedua kalinya, wajar.
Kami benar-benar tersadar bahwa air Jakarta memang sangat kotor, saringan Pure It bekerja sangat berat menyaring segala jenis kotoran air Jakarta yang
jahat. Ya, inilah Jakarta, potret nyata daerah langka air bersih. Semua tanah
dipondasi, lautan sampah mengotori sungai-sungai, sanitasi tak dianggap penting
dan lahan tandus merindukan akar pepohonan yang menyimpan air tanah.
memang butuh refleksi diri mengenai penggunaan sumber daya air. Nice post, dan semoga bikin orang menjadi bijak dalam memanfaatkan air. (y)
ReplyDeleteterimakasih anonim, semoga semua orang sadar betapa air pun kini menjadi terbatas
ReplyDeletekadang kita lupa,trah manusia ga bisa luput dari elemen satu ini. truly the descend of creatures.sudah sepatutnya dijaga...
ReplyDeleteThanks infonya indah :D
enak bner airnya masih jernih.... enak tuh maen kesono... nice post and pict :D
ReplyDeleteSumber mata air di daerah emang harus dijaga..
ReplyDeleteSelain untuk kelangsungan hidup, tapi pemandangannya juga sungguh luar biasa.
good job Indah :)
heu2... liat fotonya jadi kerasa segernya aer pegunungan... ilustrasi yang menggugah masyarakat untuk menjaga kearifan lokal...
ReplyDeletenice posting...
Wah, maka hati-hatilah kita yang sering boros air. Good Job.
ReplyDeleteSektor pariwisata di Subang harus mulai dibenahi lagi.. Sayang sekali banyak keindahan kota Subang yang belum banyak orang tahu. Kota Subang menawarkan berbagai macam sensasi tradisional yang arif.
ReplyDeletejadi pengen ke subang -__-
ReplyDeleteGood info..
ReplyDeletethanks for you post :D
@Imam & @Intan
ReplyDeleteayo maen ke subang yooo :d
@fARID
ReplyDeleteBetul sekali Farid, peradaban bermula dari air, hilangnya peradaban dimulai dari berkurangnya ketersediaan air :)
@Andri
ReplyDeletesayang sekali, kamera yang menjepret foto-foto ini langsung rusak :(
@Darwis
ReplyDeleteiya tuuh anak-anak asrama yang suka boros air... harus lebih sadar :D
@Nayyla
ReplyDeletePariwisata alam yang baru dikenal 30 % saja sudah dikotori, pariwisata boleh lebih dipromosikan tapi mungkin harus seimbang dengan penanganan kebersihannya :) thx masukannya nay :)
@Edi
ReplyDeleteur welcome Edi :)
menanggapi tentang mata air telaga sari.. seumur hidup saya belum pernah tahu ada desa pulekan di kelurahan pagaden,, (mungkin maksudnya kecamatan pagaden), btw,, untuk mata air tsb, perlu langkah nyata bagi pelestariannya. . . moga aja kearifan lokal bisa tetep melestarikan dan meningkatkan fungsinya. . amiin..
ReplyDelete